Powered By Blogger

Selasa, 14 September 2010

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Marry Go Round Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dan Motivasi Belajar Kewirausahaan Siswa Kelas X AP I di SMK Swasta Bersama Berastagi Tahun Pembelajaran 2010/2011”.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia serta mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tujuan pendidikan nasional yang sebagian besar adalah tanggung jawab profesional setiap guru. Pengembangan kualitas manusia ini merupakan suatu keharusan dalam era globalisasi dewasa ini. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah dengan meningkatkan mutu pendidikan sebagai sarana dalam pencerdasan manusia tersebut. Pendidikan merupakan proses yang sangat menentukan dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia.
Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, ada beberapa unsur penting yang harus diperhatikan, yaitu mulai dari penyajian kurikulum yang tepat, pengadaan sarana prasarana pendidikan dan juga pengadaan guru yang berkualitas. Pendidik dalam hal ini guru sangat dituntut sebagai agen pembelajaran yang mampu berperan sebagai fasilitator, motivator, pemacu dan pemberi inspirasi belajar bagi siswa dan guru diyakini sebagai salah satu faktor dominan yang menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai hasil proses pembelajaran.
Masalah yang berkaitan dengan guru dalam proses pembelajaran biasanya berkesan pada persoalan kurang memadainya kualifikasi dan kemampuan guru, rendahnya komitmen guru, rendahnya motivasi dan kinerja guru, tidak tepatnya metode yang digunakan dalam mentransfer ilmu pengetahuan dan tidak cocoknya teknik yang digunakan guru dalam meningkatkan motivasi siswa serta kurangnya persiapan guru dalam mengajar dan masalah yang berkaitan dengan siswa dalam proses pembelajaran berkesan pada persoalan rendahnya hasrat dan minat belajar, kurang memadainya fasilitas belajar, dan kurangnya motivasi dan dorongan siswa tersebut dalam belajar.
Seseorang yang kurang memiliki motivasi dalam belajar, maka hasil belajarnya tidak akan mencapai sasaran dan tidak terarah dalam pelaksanaannya, apabila seseorang belajar tanpa adanya dorongan yang menggerakkan atau mengarahkan maka situasi belajar tidak menggairahkan bahkan akan lebih cepat mengalami kelelahan atau kebosanan.
Motivasi dalam belajar dapat berasal dari dalam diri sendiri (motivasi intrinsik) motivasi berasal dari diri seseorang itu sendiri tanpa dirangsang dari luar, dan motivasi yang berasal dari luar (ekstinsik). Intensitas motivasi seseorang peserta didik akan menentukan tingkat pencapaian hasil belajarnya.
Lhany (8 maret 2009) menyatakan “bahwa kualitas pendidikan di Indonesia memang masih sangat rendah bila dibandingkan dengan kualitas pendidikan di negara-negara lain. Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia adalah masalah efektifitas, efisiensi dan standardisasi pengajaran’’. Hal tesebut masih menjadi masalah pendidikan di Indonesia pada umumnya yang menjadi permasalahan khusus dalam dunia pendidikan adalah : 1) Rendahnya kualitas guru, 2) Rendahnya hasil belajar siswa, 3) Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan.
Dalam pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa hasil belajar siswa masih kurang memuaskan, dengan kata lain hasil belajar siswa masih rendah. Hal ini dikarenakan dalam proses pembelajaran terkadang guru hanya memikirkan bagaimana proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik, namun kurang memperhatikan aktivitas siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Hal ini terlihat dari penggunaan metode pembelajaran yang kurang bervariasi sehingga menimbulkan kejenuhan pada siswa karena dalam proses pembelajaran masih cenderung didominasi oleh guru dan didalam kelas siswa terlihat pasif atau hanya sebagai pendengar.
Hasil observasi langsung di SMK Swasta Bersama Berastagi, khususnya untuk mata pelajaran kewirausahaan hasil data diperoleh bahwa dari 43 orang siswa kelas X AP 1 yang diharapkan mencapai Kiteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan disekolah yakni seorang siswa dikatakan telah tuntas belajar jika hasil belajar siswa telah mencapai skor 70 atau 7,00 dan suatu kelas dikatakan tuntas terhadap suatu materi pelajaran jika skor rata-rata kelas 70% Ternyata siswa yang mencapai nilai 70 (terlampir) atau yang mampu mencapai kriteria ketuntasan hanya sekitar 44% siswa. Hal ini disebabkan karena guru terbiasa dengan menggunakan model konvensional seperti ceramah, tanya jawab, dan latihan atau pemberian tugas. Dimana proses pembelajaran lebih terfokus pada guru, dan kurang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.
Rendahnya hasil belajar menunjukkan bahwa masih rendahnya mutu pembelajaran, hal ini dapat diartikan bahwa kurang efektifnya proses pembelajaran. Pola mengajar guru yang belum memuaskan atau masih monoton sehingga siswa bosan, penerapan metode yang belum sesuai dengan materi dan juga sarana prasarana yang kurang memadai, serta motivasi belajar yang masih rendah
Berdasarkan kondisi tersebut, maka perlu diperbaiki model pembelajaran yang dapat mengaktifkan dan meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Untuk mengatasi masalah rendahnya hasil belajar kewirausahaan siswa tersebut penulis berencana menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe marry go round (keliling kelompok). Dimana model ini merupakan suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centre), yang dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dengan cara membentuk grup yang ideal, memberikan pertanyaan yang menantang dan terbuka, menyepakati rentang waktu, serta bersama-sama melaksanakan diskusi kelas. Dan dalam model pembelajaran kooperatif tipe Marry go round diharapkan dapat membantu siswa dalam mengembangkan kreativitasnya dalam proses pembelajaran dimana siswa dapat mengembangkan daya pikirnya selain itu dapat juga membiasakan siswa untuk bersaing dan bertukar pikiran mempertanggungjawabkan hasil pekerjaaan yang diberikan.
Berdasarkan uraian diatas, permasalahan tersebut menarik untuk diteliti dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Marry Go Round Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dan Motivasi Belajar Kewirausahaan Siswa Kelas X AP I di SMK Swasta Bersama Berastagi Tahun Pembelajaran 2010/2011”.

1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka identifikasi masalah adalah:
1. Apakah yang menyebabkan motivasi belajar dan hasil belajar kewirausahaan siswa rendah?
2. Apakah proses pembelajaran yang sebelumnya kurang meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa?
3. Apakah yang menyebabkan siswa bosan dan malas belajar kewirausahaan?
4. Apakah penerapan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Marry Go Round dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar kewirausahaan siswa?

1.3 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah dengan menerapkan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Marry Go Round dapat meningkatkan hasil belajar kewirausahaan siswa kelas X AP I SMK Swasta Bersama Berastagi
2. Apakah dengan menerapkan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Marry Go Round dapat meningkatkan motivasi belajar kewirausahaan siswa kelas X AP I SMK Swasta Bersama Berastagi

1.4 Pembatasan Masalah
Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan masalah yang meliputi:
1. Model pembelajaran yang diterapkan selama KBM adalah Model Pembelajaran Koperatif Tipe Maryy GO Round.
2. Materi yang diajarkan dalam penelitian ini adalah materi pokok langkah-langkah membuka kewirausahaan.
3. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X AP I SMK Swasta Bersama Berastagi

1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar kewirausahaan siswa kelas X AP I SMK Swasta Bersama Berastagi Dengan Menggunakan Model Koperatif Tipe Maryy Go Round.
2. Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar kewirausahaan siswa kelas X AP I SMK Swasta Bersama Berastagi Dengan Menggunakan Model Koperatif Tipe Maryy Go Round.





1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan masukan bagi penulis dalam menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang model pembelajaran Kooperatif Tipe Marry Go Round dalam upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar mata pelajaran kewirausahaan.
2. Sebagai bahan masukan bagi guru dan staf pengajar lainnya dalam memilih alternatif strategi dalam mentransfer ilmu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Maryy Go Round sebagai salah satu cara yang efektif dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar kewirausahaan.
3. Sebagai sumbangan pikiran untuk bahan refrensi penilitian selanjutnya bagi Fakultas Ekonomi UNIMED khususnya program studi Administrasi Perkantoran.









BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teoritis
2.1.1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Marry Go Round
Pembelajaran kooperatif atau Cooperative Learning mengacu pada metode pengajaran dimana siswa bekerja bersama dalam satu kelompok kecil, saling membantu dalam belajar, dalam Pembelajaran kooperatif siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda satu sama lain. Pembelajaran kooperatif dapat dimaknai juga sebagai strategi belajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda.
Dalam pembelajaran kooperatif sering terjadi ada anggota yang terlalu dominan dan banyak bicara, sebaliknya ada juga anggota yang pasif dan pasrah saja pada rekannya yang lebih dominan dalam situasi seperti ini, pemerataan tanggung jawab dalam kelompok bisa tidak tercapai karena anggota yang pasif akan terlalu menggantungkan diri pada rekannya yang dominan. Hal ini sejalan dengan pendapat Isjoni, (2009:113) dan Lie, (2008:64), bahwa “teknik keliling kelompok masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota lain”
Model pembelajaran Kooperatif Tipe Keliling Kelompok ini memberikan kesempatan lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain dalam pemecahan suatu permasalahan. Pembelajaran kooperatif tipe keliling kelompok merupakan cara yang efektif untuk mengubah pola diskusi di dalam kelas yang akan mengaktifkan setiap anggota kelompok. Dimana penerapannya dimulai dari pertama sekali siswa membentuk kelompoknya masing-masing, kemudian masing-masing kelompok diberi waktu 15 menit untuk mempelajari materi yang akan dibahas. Sebelumnya guru telah mempersiapkan pertanyaan yang sesuai dengan indikator (satu buah karton dibuat satu pertanyaan) ditempel di dinding kelas (depan, samping, belakang) dengan jarak tertentu. Setiap kelompok berdiri di depan kertas kartonnya masing-masing, Guru menentukan waktu untuk memulai menulis, Siswa cukup mengisi satu jawaban dengan waktu yang ditentukan guru, Seterusnya tiap kelompok bergilir mengisi jawaban menurut arah jarum jam, dan begitu seterusnya. akhir semua kegiatan diadakan diskusi kelas dan tanya jawab,
Sehingga cooperatif learning tipe Marry Go Round ini dapat:
1. Meningkatkan pembelajaran yang positif
Pembelajaran dengan menggunakan teknik Marry Go round membiasakan siswa bekerja menurut paham demokrasi, memberi kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan sikap musyawarah dan bertanggung jawab serta menghargai pendapat orang lain.
2. Memaksimalkan waktu
Dalam teknik pembelajaran Marry Go Round, waktu yang diperlukan guru lebih efisien, sebelum proses pembelajaran guru bersama siswa menyepakati waktu yang dibutuhkan untuk memahami materi pelajaran, menjawab pertanyaan yang telah disiapkan guru dan untuk diskusi dikelas
3. Meningkatkan pemikiran yang kreatif dan kritis karena teknik ini dapat berbagi keahlian dan ide, memberi saran umpan balik untuk menjawab permasalahan yang diberikan, siswa berlomba-lomba mengemukakan ide kreatif dan bersama-sama menyatukan ide tersebut.
4. Memupuk kesabaran
Teknik Marry Go Round dapat mengembangkan kesabaran siswa untuk menunggu gilirannya memberikan pendapat.
Oleh karena itu model pembelajaran kooperatif tipe Maryy Go Round membiasakan siswa bekerja menurut paham demokrasi dan memberi kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan sikap musyawarah dan bertanggung jawab serta menghargai pendapat orang lain.
Menurut Lie, (2008 : 63) langkah-langkah pembelajaran koperatif tipe Maryy Go Round sebagai berikut:
1. Salah satu siswa dalam kelompok memulai dengan memberikan pandangan dan pemikirannya mengenai tugas yang sedang mereka kerjakan.
2. Siswa berikutnya juga ikut memberi tanggapan
3. Demikian seterusnya, giliran bicara bisa dilaksanakan menurut perputaran arah jarum jam atau dari kiri kekanan.

Dari langkah-langkah pembelajaran tipe Maryy Go round siswa dituntut untuk aktif dalam proses belajar di kelas. Dari masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan yang sama untuk mengembangkan pemikiran yang aktif dan kritis karena teknik ini dapat berbagi keahlian dan ide, memberi saran, umpan balik.
Menurut Sefra(2006) kelebihan dan kelemahan pembelajaran kooperatif tipe Maryy Go Round adalah:
Keunggulan pembelajaran tipe Maryy Go Round antara lain:
1. Siswa termotivasi dalam belajar
2. Siswa aktif dan kreatif
3. Siswa dapat membina kerjasama yang baik dalam kelompoknya
4. Siswa yang biasanya kurang berani mengemukakan pendapat, dengan teknik ini sudah mulai mengutarakan pendapatnya.
5. Siswa lebih cepat menguasai konsep yang diajarkan, hal ini terlihat dari hasil belajar siswa dalam ulangan harian.

Jadi pembelajaran kooperatif tipe Maryy Go round ini tidak hanya menyoroti nilai secara kelompok melainkan beriorentasi pula pada perolehan nilai secara individu.
Selain memiliki keungulan Pembelajaran tipe Maryy Go Round juga memiliki kelemahan.
Kelemahan pembelajaran koperatif tipe Maryy Go Round adalah:
1. Guru kurang memahami tingkat kesulitan pertanyaan yang diberikan, sehingga rentangan waktu untuk setiap pertanyaan sama.
2. Waktu yang diberikan untuk mempelajari materi terlalu singkat sehingga dalam pelaksanaanya siswa kurang tanggap terhadap kegiatan pembelajaran yang terjadi baik dalam kelompoknya maupun anggota kelompok lain.

Jika didalam kelompok memiliki anggota yang sukar untuk menyesuaikan diri dengan cepat dengan kelompok yang lain, maka akan sangat mengganggu di dalam proses kerja sama di dalam kelompok. Tetapi semua ini dapat diatasi dengan pemberian pemahaman yang kepada siswa untuk lebih bertanggung jawab terhadap tugasnya sebagai anggota kelompok, karena penilaian yang dilakukan dalam pembelajaran yang dilakukan berdasarkan keberhasilan kelompok walaupun sebenarnya tidak terlepas juga dari penilaian individu setiap individu.


2.1.2 Motivasi Belajar
Pada hakekatnya seorang siswa yang belajar terdapat didalam jiwanya dorongan yang menggerakkan untuk berkeinginan, kemampuan yang besar, dan semangat untuk mendapatkan nilai yang bagus. Dorongan inilah yang biasa disebut dengan Motivasi. Motivasi dapat mendorong dan menggerakkan individu untuk melakukan kegiatan yang mencapai suatu tujuan.
Motivasi tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah laku tertentu. Dengan demikian, motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhan.
Motivasi menurut Hamalik (2005: 158) adalah “perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan”. Selanjutnya menurut Mc. Donald (dalam Sardiman,2008:73) “motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling/rasa” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan”.
Dari uraian diatas dapat dinyatakan bahwa motivasi akan menyebabkan terjadinya perubahan suatu energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu.
Dalam kegiatan belajar, Menurut Sardiman (2008 : 73) Motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang sangat mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dan praktik atau penguatan yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu.
Motivasi dibagi atas dua jenis, yaitu : a). Motivasi Primer dan b). Motivasi Sekunder (Sardiman, 2007:86).
Motivasi primer yaitu motivasi yang didasarkan pada motif – motif dasar. Motif – motif dasar tersebut pada umumnya berasal dari segi biologis atau jasmani manusia. Sedangkan motivasi sekunder sendiri merupakan motivasi yang dipelajari, artinya bahwa perilaku manusia dapat dipengaruhi faktor sosial seperti emosional, sikap, pengetahuan dan intelektual.
Namun jika ditelaah lebih lanjut motivasi mempunyai sifat, sifat motivasi tersebut dibagi atas dua golongan yaitu: a. Motivasi Intrinsik dan b. Ekstrinsik (Sardiman, 2998:89) Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu, sedangkan motivasi ekstrinsik merupakan motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena ada motivasi dari luar.

Motivasi belajar dapat timbul karena Faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita – cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat.
Kedua motivasi ini sangat penting dan saling berhubungan, karena tidak ada rangsangan dari luar yang mempengaruhi seseorang untuk belajar walaupun dalam dirinya terdapat dorongan untuk melakukan kegiatan belajar maka hasil yang didapat tidak optimal, ibaratnya seseorang ingin menghadiri ceramah, karena ia tidak tertarik dengan materi yang disampaikan dan cara penyampaiannya, maka ia tidak akan mendengarkan ceramah tersebut, apalagi mencatat isi ceramah tersebut.
Slameto (2003:54) menyatakan bahwa “ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi intrinsik siswa yaitu: faktor jasmaniah dan faktor psikologis. Faktor jasmaniah terdiri dari kesehatan dan cacat tubuh. Sedangkan faktor psikologis terdiri dari intelegensi, perhatian, minat dan motivasi”.
Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar seseorang akan tergangu jika kesehatannya terganggu, selain itu ia juga akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah.
Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dibanding yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. Walaupun siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi belum tentu berhasil dalam belajarnya. Hal ini disebabkan karena belajar adalah suatu proses yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya.
Perhatian merupakan salah satu faktor dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa, agar siswa dapat belajar dengan baik, usahakanlah bahan pelajaran selalu menarik perhatian dengan cara mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau bakatnya.
Minat juga berpengaruh terhadap tumbuhnya motivasi belajar siswa, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, dia tidak akan belajar sebaik-baiknya karena tidak ada daya tarik baginya.
Motivasi yang ada pada setiap orang tidaklah sama, untuk itu diperlukan pengetahuan mengenai pengertian dan hakikat motivasi, serta teknik menciptakan situasi sehingga menimbulkan motivasi/dorongan bagi mereka untuk berbuat atau berperilaku sesuai dengan apa yag dikehendaki oleh individu lain/organisasi.
Adapun menurut Uno (2009:23), yaitu:
Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan untuk berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Kedua faktor tersebut umumnya disebabkan oleh ransangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan un tuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat.

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Uno (2009) motivasi merupakan suatu dorongan yang timbul oleh adanya rangsangan dari dalam maupun dari luar individu sehingga seseorang berkeinginan untuk mengadakan perubahan tingkah laku tertentu lebih baik dari keadaan sebelumnya, yang mempunyai indikator sebagai berikut :
1. Adanya hasrat dan keinginan untuk melakukan kegiatan belajar, yaitu tingkah laku seseorang yang merasa senang terhadap belajar atau dorongan rasa ingin tahu yang menyebabkan seseorang ingin tahu tentang pelajaran.
2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, yaitu sesuatu yang berada diluar diri manusia sehingga kegiatan manusia lebih terarah karena seseorang akan berusaha lebih bersemangat dan giat dalam berbuat sesuatu termasuk belajar.
3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan, misalnya seseorang berkemampuan keras atau kuat dalam belajar karena adanya harapan berhasil setelah belajar.
4. Adanya penghargaaan dalam belajar, artinya seseorang akan lebih terdorong dalam belajar jika ada harapan penghargaan atas prestasinya.
5. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, yaitu seseorang akan lebih suka belajar jika cara belajar atau guru menggunakan metode yang sesuai dengan keadaan kelas dan keadaan siswa.
6. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, artinya seseorang senang terhadap kegiatan yang dilakukan yaitu belajar.
Gage dan Berliner (dalam Slameto, 2003:176) menyatakan bahwa ada beberapa aspek yang dapat dilakukan guru dalam meningkatkan motivasi siswa, yaitu :
1. Menggunakan pujian verbal
2. Menggunakan simulasi dan permainan
3. Menggunakan tes dalam nilai secara bijaksana
4. Merangsang hasrat dengan jalan memberikan pada siswa sedikit contoh hadiah yang akan diterimanya bila ia berusaha untuk belajar.
5. Menyajikan materi dengan sesuatu cara yang unik dan menyenangkan.

Pengunaan pujian verbal seperti “bagus”, “baik” yang diucapkan guru setelah siswa melakukan sesuatu seperti mengerjakan tugas atau menjawab pertanyaan guru, merupakan pembangkit motivasi yang besar.
Penggunaan simulasi dan permainan merupakan cara yang paling jitu dalam meningkatkan motivasi belajar siswa, karena siswa belajar secara rileks tanpa terbebani dengan catatan dan hapalan.
Penggunaan tes dalam nilai secara bijaksana juga menjadi suatu kekuatan untuk memotivasi siswa yaitu dengan tes siswa belajar bahwa ada keuntungan yang diperolehnya dengan nilai yang tinggi. Tapi tes dan nilai harus dipakai secara bijaksana, yaitu untuk menilai penguasaan dan kemajuan siswa, bukan untuk menghukum atau membandingkannya dengan siswa yang lain.
Dengan hadiah guru juga dapat merangsang siswa untuk mau belajar, berikan pada siswa suatu pemahaman jika ia mau belajar bersunguh-sunguh maka ia akan mendapatkan imbalan dari hasil belajar yang diperolehnya.
Dengan penyajian materi dengan cara unik dan menyenangkan yang berbeda dari biasanya yang guru lakukan akan membangkitkan motivasi belajar siswa, pelajaran akan muda di ingat tanpa perlu dihapal, misalkan dengan menyuruh siswa menjadi guru.
Dan akhirnya guru merupakan stimulus yang sangat besar pengaruhnya dalam motivasi siswa untuk belajar. Guru berkemampuan untuk merancang bahan ajar, dengan tujuan agar motivasi belajar individu bertambah besar yang berdampak pada meningkatnya hasil belajar.

2.1.3 Hasil Belajar
Di dalam istilah hasil belajar, terdapat dua unsur di dalamnya, yaitu unsur hasil dan unsur belajar. Hasil merupakan suatu hasil yang telah dicapai pebelajar dalam kegiatan belajarnya (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya). Dari pengertian ini, maka hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh4 mata pelajaran, lajimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.
Kunandar (2007:229) menyatakan bahwa “hasil belajar adalah kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam suatu kompetensi dasar. Dimana hasil belajar bisa berbentuk pengetahuan, keterampilan maupun sikap”.
Sementara itu sudjana (2006:22) menyatakan “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman-pengalaman belajarnya”.
Dari defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa dalam memenuhi tahapan pencapaian pengalaman beajar dalam kompetensi dasar.
Hasil belajar berfungsi sebagai petunjuk perubahan perilaku yang dicapai oleh siswa sehubungan dengan kegiatan belajar yang dilakukan, sehingga dapat diketahui sejauh mana perubahan tingkah laku siswa setelah terjadi proses belajarnya dan guru dapat mengambil tindakan pengajaran yang tepat seperti melakukan perubahan dalam strategi belajar mengajar atau melakukan perubahan teknik mengajar agar hasil belajar yang diperoleh siswa semakin meningkat.
Tolak ukur dari rendahnya mutu pendidikan juga dapat dilihat dari rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa, kualitas proses belajar mengajar dan mutu hasil belajar adalah indikator keberhasilan pelaksanaan suatu sistem kurikulum.
Hasil belajar dapat diukur dengan penilaian, evaluasi yang dapat diperoleh dari nilai tugas, nilai sumatif, nilai MID, dan nilai ujian final yang kemudian dirata-ratakan dan disajikan dalam rapor siswa. Dengan mengukur hasil belajar maka akan dapat diketahui seberapa jauh tujuan pembelajaran telah tercapai, jika hal ini dihubungkan dengan peningkatan hasil belajar berarti adanya perubahan positif yang semakin meningkat akibat adanya pembelajaran.
Istilah hasil belajar mempunyai hubungan yang erat kaitannya dengan prestasi belajar. Sesungguhnya sangat sulit untuk membedakan pengertian prestasi belajar dengan hasil belajar. Ada yang berpendapat bahwa pengertian hasil belajar dianggap sama dengan pengertian prestasi belajar. Hasil belajar menunjukkan kualitas jangka waktu yang lebih panjang, misalnya satu cawu, satu semester dan sebagainya. Sedangkan prestasi belajar menunjukkan kualitas yang lebih pendek, misalnya satu pokok bahasan, satu kali ulangan harian dan sebagainya.
Menurut Nawawi (1981: 127), berdasarkan tujuannya, hasil belajar dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
a. Hasil belajar yang berupa kemampuan keterampilan atau kecapakan di dalam melakukan atau mengerjakan suatu tugas, termasuk di dalamnya keterampilan menggunakan alat.
b. Hasil belajar yang berupa kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan tentang apa yang dikerjakan.
c. Hasil belajar yang berupa perubahan sikap dan tingkah laku.

Dengan demikian Hasil belajar Kewirausahaan adalah perubahan kemampuan yang ada dalam diri siswa berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperoleh setelah mengalami interaksi proses pembelajaran dalam mata pelajaran Kewirausahaan dan setelah dilakukan test.

2.1 Penelitian Yang Relevan
Djuni Sefra (2006), dalam penelitian yang berjudul ” Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Keliling Kelompok Untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Siswa pada pokok bahasan bioteknologi di SMA N 5 Bukit Tinggi. Dari penelitian yang dilakukan dikemukakan kesimpulan bahwa dengan penerapan model pembelajaran keliling kelompok dapat meningkatkan minat dan hasil belajar. Pengaruh yang diperoleh dari penelitian ini sebesar 18,5%
Halifah (2007), dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Maryy Go Round Terhadap hasil belajar Matematika Siswa Pada Pokok Bahasan Linier di Kelas VII SMP N 2 Bukit Tinggi. Hasil penelitian menunjukkan pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Tipe Maryy Go Round secara signifikan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Muhammad (2008), dalam penelitian yang berjudul “ Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Maryy Go round Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa Kelas XI IS SMA N 3 Riau. Hasil penelitian diperoleh ketuntasan klasikal pada siklus I setelah pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif mencapai 52,9% atau 18 dari 34 siswa dengan daya serap rata-rata 65, 4%. Sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 32,3% sehingga ketuntasan klasikal mencapai 85,3% atau 29 dari 34 siswa dengan daya serap rata-rata 77,3 %.

2.2 Kerangka Berpikir
Pemilihan model pembelajaran yang tepat merupakan salah satu strategi dalam membenahi dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. Kewirausahaan merupakan salah satu pengajaran yang membutuhkan ketelitian dan pemahaman yang tinggi dalam pengajarannya. Oleh sebab itu diperlukan guru yang berkompeten dan kreatif. Guru dituntut untuk lebih dapat menciptakan suasana pembelajaran yang dapat melibatkan seluruh siswa, sehingga tidak ada lagi yang hanya diam dan mendengarkan guru menerangkan pelajaran didepan kelas.
Guru sebagai perancang pembelajaran harus dapat menyajikan Kewirausahaan semenarik mungkin agar siswa menjadi tertarik dan termotivasi untuk mempelajari Kewirausahaan. Kegiatan pembelajaran mencakup dua komponen penting yaitu proses dan hasil belajar. Keberhasilan peserta didik lebih banyak ditentukan guru dalam mengelola kelas.
Dari segi proses strategi pembelajaran dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Maryy Go Round. Model pembelajaran kooperatif tipe Maryy Go Round sangat sesuai diterapkan untuk belajar Kewirausahaan. Hal ini didasarkan pada belajar Kewirausahaan yang sangat membutuhkan kerjasama untuk lebih mudah mempelajarinya.
Dalam pembelajaran kooperatif siswa dibiasakan bekerjasama dalam kelompok. Siswa dididik untuk menghargai pendapat orang lain. Siswa yang mempunyai kemampuan kelebihan akan membantu siswa yang kurang mampu belajar tanpa rasa minder sehingga dari kelompok yang hetorogen ini akan menciptakan persaingan positif di kelas.
Model pembelajaran yang diberikan oleh guru pada proses mengajar merupakan ransangan-ransangan kepada siswa yang dapat mempengaruhi aktivitas dan hasil belajar kearah positif. Guru akan membantu dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberi dan menemukan informasi. Tugas yang berat yang dikerjakan seorang diri akan lebih ringan saat dikerjakan bersama. Saat inilah siswa menyadari pentingnya kehidupan bersama dan akan terbiasa menghargai pendapat orang lain serta berani mengemukakan pendapatnya sendiri.
Dilihat dari hal diatas bahwa tipe Marry Go Round lebih menekankan kepada siswa, dimana siswa lebih aktif dikarenakan dengan menggunakan model ini lebih menekankan pada pemerataan tanggung jawab setiap anggota kelompok. Sedangkan dengan cara tradisional membuat siswa pasif sehingga terlibat mengandung unsur paksaan,pada siswa yang pasif menjadi rugi sedangkan anak yang audiktif lebih besar hak perolehan hak belajar siswa. Bila terus digunakan terlalu lama akan terlihat bosan.
Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. ini menunjukkan hasil perubahan dari semua proses belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri siswa karena sudah menjadi bagian dalam kehidupan siswa tersebut.
Berdasarkan uraian diatas maka diharapkan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Maryy go round dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan motivasi belajar kewirausahaan di SMK Swasta Bersama Berastagi Tahun Pembelajaran 201O/2011.

















BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Swasta Bersama Berastagi yang beralamat di Jl. Patuan Anggi No.8 Tahun Pembelajaran 2010/2011.

3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang akan dijadikan sumber data. Populasi penelitian ini adalah seluruh kelas X AP I SMK Swasta Bersama Berastagi Tahun Ajaran 2010/2011.
3.2.1 Sampel
Sampel dalam penelitian ini diambil 43 orang dari keseluruhan kelas X AP I.
3.3. Objek Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar Kewirausahaan siswa melalui Model pembelajaran kooperatif Tipe Marry Go Round.

3.4. Defenisi Operasional
a. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Marry Go Round adalah teknik pembelajaran dimana masing-masing kelompok mendapatkan kesempatan yang sama untuk mengembangkan pemikiran yang aktif dan kritis karena dengan teknik ini dapat berbagi keahlian.
b. Hasil belajar Kewirausahaan adalah perubahan kemampuan yang ada dalam diri siswa berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperoleh setelah mengalami interaksi proses pembelajaran dalam mata pelajaran Kewirausahaan dan setelah dilakukan test.
c. Motivasi Belajar adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai

3.5. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari beberapa siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai dalam upaya peningkatan hasil belajar Kewirausahaan.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar dan motivasi belajar Kewirausahaan siswa.
Secara garis besar, ada empat tahapan yang dilalui dalam penelitian ini, yaitu (a) perencanaan, (b) pelaksanaan, (c) pengamatan, dan (d) refleksi.
Berikut ini gambar model penelitian tindakan kelas yang akan digunakan sebagai siklus dalam penelitian:


Gambar III.1
Siklus Penelitian Tindakan Kelas






Sumber: Arikunto, dkk (2008 : 16)
Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan dalam proses penelitian ini adalah sebagai berikut:
A. Perencanaan Tindakan
Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1. Membuat skenario pembelajaran
2. Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan dalam kegiatan belajar.
3. Membuat instrument penelitian yang meliputi alat evaluasi berupa tes disertai jawaban dan panduan penskoran.
B. Pelaksanaan Tindakan
1. Menyiapkan perangkat pembelajaran yang berbentuk silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP).
2. Melaksanakan skenario tindakan dari tes yang berhubungan dengan materi pelajaran.
3. Membuat lembar observasi untuk mengetahui bagaimana kondisi proses belajar dengan pembelajaran Maryy Go Round
4. Menyusun masalah yang akan dibahas atau dipecahkan siswa.
C. Observasi
Pada tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi dan melakukan evaluasi hasil terhadap peningkatan motivasi dan hasil belajar setelah dilaksanakan tindakan.
D. Refleksi
Pada tahap ini, hasil yang diperoleh pada tahap observasi dan evaluasi dikumpulkan kemudian dianalisis. Dari hasil analisis tersebut akan dilihat apakah telah memenuhi target yang ditetapkan. Jika belum memenuhi atau kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus sebelumnya akan diperbaiki pada silkus berikutnya.

Tabel III.1
Pelaksanaan Penelitian
Siklus 1
No Perencanaan Tindakan Observasi Refleksi
1. • Menyusun satuan pembelajaran(RPP)

• Mempersiapkan fasilitas atau bahan dan alat yang dipergunakan dalam teknik Marry Go Round

• Membuat soal test

• Menyiapkan lembar observasi • Menyampaikan tujuan pembelajaran
• Menyajikan materi yang sesuai
• Membentuk kelompok siswa, siswa bebas memilih kelompoknya
• Menentukan peran masing-masing siswa dan memberikan penugasan kelompok.
• Memberikan penegasan dan pengarahan kepada setiap siswa.
• Memberikan test lisan dan tulisan
• Memberikan tugas

• Mengamati perilaku siswa terhadap penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik Maryy Go Round
• Mengawasi pembentukan kelompok
• Memantau keaktifan siswa dalam diskusi
• Menilai kerja sama siswa dalam kelompok
• Mengamati pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Maryy Go Round
• Mengamati catatan pribadi siswa

• Mencatat hasil oservasi

• Mengawasi hasil observasi

• Menganalisis hasil pembelajaran.

• Memperbaiki kelemahan untuk siklus berikutnya.






Tabel III.2
Pelaksanaan Penelitian
Siklus 2
No Perencanaan Tindakan Observasi Refleksi
1. • Menyusun rencana perbaikan

• Memadukan hasil refleksi siklus 1 agar siklus 2 lebih efektif

• Menyiapkan lembar blanko observasi • Menyampaikan tujuan pembelajaran
• Menyajikan materi yang sesuai
• Membentuk kelompok siswa siswa bebas memilih kelompoknya
• Menentukan peran masing-masing siswa dan memberikan penugasan kelompok.
• Memberikan penegasan dan pengarahan kepada siswa.
• Memberikan test lisan dan tulisan
• Memberikan tugas
• Mengamati perilaku siswa terhadap pengguanaan model pembelajaran Marry Go Round
• Mengawasi pembentukan kelompok
• Memantau keaktifan siswa dalam diskusi
• Memantau kerja sama siswa
• Mengamati pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Marry Go Round
• Mengamati catatan pribadi siswa. • Mencatat hasil oservasi

• Mengawasi hasil observasi

• Menganalisis hasil pembelajaran.

• Memperbaiki kelemahan untuk siklus berikutnya.






3.6. Teknik Pengumpulan Data
A. Pemberian Tes
Tes yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan hasil belajar siswa sesudah proses belajar mengajar. Adapun tes yang diberikan berbentuk essay. Hasil tes yang diperoleh digunakan untuk melihat sejauh mana pemahaman siswa dalam menyelesaikan soal-soal. Tes yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari buku paket kelas X.
B. Observasi
Observasi adalah pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan terhadap seluruh kegiatan pembelajaran yang terjadi saat dilakukan pemberian tindakan dengan menggunakan lembar observasi untuk mengukur motivasi siswa dalam kelas selama proses belajar mengajar berlangsung.
Berikut format observasi yang akan dirancang peneli.
Tabel III.2

Lembar Observasi
Motivasi Siswa dalam belajar

NO NAMA SISWA Aspek Siswa yang dinilai Jumlah Ket
1 2 3 4 5 6





Keterangan Skala Penilaian:
A. Aspek yang dinilai
1. Adanya hasrat dan keinginan untuk melakukan kegiatan belajar
2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan, misalnya seseorang berkemauan keras atau kuat dalam belajar jika ada harapan penghargaan atas prestasinya.
4. Adanya penghargaan dalam belajar
5. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
6. Adanya lingkungan belajar yang kondusif
B. Kriteria Skor
0 = Tidak ada
1 = Ada
C. Kriteria Penilaian
5-6 = Motivasi tinggi
3-4 = Motivasi sedang
1-2 = Motivasi rendah
0 = Tidak termotivasi

3.7 Teknik Analisis Data
1. Reduksi Data
Proses reduksi data dilakukan dengan menyeleksi, menyederhanakan dan mentransformasikan data yang telah disajikan dalam bentuk catatan lapangan. Kegiatan ini bertujuan untuk melihat kesalahan jawaban siswa dalam menyelesaikan soal-soal Kewirausahaan dan tindakan apa yang dilakukan untuk memperbaiki kesalahan tersebut.
2. Penyajian Data
Kegiatan analisis berupa paparan data adalah sebagai kumpulan informasi yang terorganisasi dan terkategorikan sehingga memungkinkan adanya kesimpulan. Data yang dianalisis untuk mendeskripsikan ketuntasan belajar siswa yaitu data yang diperoleh dari nilai akhir tiap siklus. Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan di sekolah, seorang siswa dikatakan

telah mencapai ketuntasan belajar jika mencapai skor 70 dan suatu kelas dikatakan tuntas terhadap suatu materi pelajaran jika skor rata-rata kelas mencapai nilai 70.
Untuk mengukur tingkat atau persentase penguasaan materi pembelajaran digunakan rumus:
DS =
(Arikunto, 2008)
Keterangan:
DS = Daya Serap
Kriteria:
0 % DS < 70% Siswa belum tuntas belajar
70 % DS 100% Siswa telah tuntas belajar
Secara individu, siswa dinyatakan tuntas apabila hasil belajar 70%.
Selanjutnya dapat diketahui ketuntasan secara keseluruhan dengan rumus sebagai berikut:
D= x 100%
(Arikuto, 2008)
Keterangan:
D= Persentase kelas yang telah mencapai daya serap 70%
X= Jumlah siswa yang telah mencapai daya serap 70%
N= Jumlah siswa subjek penelitian

Berdasarkan kriteria ketuntasan belajar, jika dikelas tersebut telah terdapat skor rata-rata kelas mencapai nilai 70%, maka ketuntasan secara keseluruhan terpenuhi.
Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa dapat dilihat dari hasil lembaran observasi motivasi siswa selama proses belajar mengajar berlangsung. Hasil observasi motivasi siswa, respon siswa terhadap pengelolaan pembelajaran dianalisis dengan deskriptif persentase secara kuantitatif.
3. Kesimpulan
Dalam kegiatan ini ditarik beberapa kesimpulan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan yang diambil merupakan dasar bagi pelaksanaan siklus selanjutnya dan perlu tidaknya siklus selanjutnya dilakukan.





DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, dkk.2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara

Halifah, 2007. Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe maryy go round terhadap hasil belajar matematika siswa pada Pokok Bahasan Linier di kelas VII SMP N 2 Bukit Tinggi. Dalam http:// digilib.unp.ac.id/go=gdlhub-gdl-grey-2007Halifahs/ diakses, 1April 2010

Hamalik,U.2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Kagan Spencer. 1999. Cooperative Learning and Multiple Intelligences – What are the Connection.Dalam http: //www.kaganonline.com/kaganclub/freearticles. / Diakses, 5 mei 2009


Kunandar. 2007. Langkah-Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembang Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers

Lhany. 2009. Pendidikan Bagi anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Lie. 2008. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo

Mulyasa. 2008. Belajar Untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Nawawi 2006. Belajar dan Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Grasindo

Sardiman. 2008. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo.

Sefra, Djuni. 2006. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe keliling kelompok untuk meningktkan minat dan hasil belajar siswa pada pokok bahasan bioteknologi di SMA N 5 Bukit Tinggi. Dalam http:// digilib.unp.ac.id/go=gdlhub-gdl-grey-2008djunisefra/ diakses, 1April 2010

Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Sudjana, Nana. 2006. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Uno, B, Hamzah. 2009. Model Pembelajaran : Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

aq pengen minta file Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe maryy go round terhadap hasil belajar matematika siswa pada Pokok Bahasan Linier di kelas VII SMP N 2 Bukit Tinggi. ya please